Rabu, 29 Februari 2012

CERPEN

Hanya untuk Mama Tercinta

Pagi, waktu dimana manusia memulai aktifitasnya. Begitu pula Nina dan mamanya. Mama mempersiapkan segala keperluan Nina dan adik-adik Nina. Nina sibuk juga bersiap ke sekolah. Acap kali ibu dan anak itu bertengkar karena ribet menghadapi rutinitas, namun tak lama pasti baikan lagi.

Mama Nina menjadi single parent sejak papa Nina meninggal dua tahun lalu. Tak ada pilihan lain, beliau harus membesarkan Nina, Ranti, dan Wulan-adik Nina-sendiri. Nina anak tertua baru saja masuk SMA, Ranti dan Wulan masih SD. Didikan yang keras membuat Nina berwatak keras dan pantang menyerah.Nina sangat menyayangi ibunya, dan ia bahkan rela kalaupun harus mati demi kata-kata " aku bangga punya anak seperti kamu " terucap dari bibir ibunya. Nina jarang mengekspresikan perasaannya, jarang juga berbicara, apalagi curhat. Karena Nina terlalu pendiam. Kadang-kadang Nina merasa terbebani dengan status ibunya yang janda. Bukan karena pandangan masyarakat, melainkan karena ia harus berhasil dan mengangkat derajat orang tuanya serta dia harus menjadi contoh yang baik bagi kedua adiknya.

Nina bergegas pergi ke sekolah, berjalan kaki dan berlari, Bel sudah berbunyi 2 menit yang lalu. Kelas Nina di pojok belakang, sehingga ia harus berlari lagi. Sampai di kelas jam pertama pelajaran bu Dian yang galaknya kayak macan mau beranak, dan lebih sial lagi buku tugasnya tertinggal di rumah. Hasilnya Nina harus berdiri di luar sebagai hukuman. Pak Uun, guru olahraga Nina melewati kelas Nina. Pak Uun memberitahukan ada lomba basket tingkat provinsi, sepuluh hari lagi.

Bel pergantian pelajaran berbunyi, bu Dian keluar dan Nina masuk kelas. Nina masih terbawa perasaan jengkel karena buku PR itu. Bukan karena hukuman yang diterimanya, tetapi dia menyesal bangun kesiangan yang akhirnya menyebabkan kesialan-kesialan itu. Tiba-tiba kepala Komang muncul dari jendela, Nina kaget dan refleks memukul kepala Komang.
"Ngagetin aja sih! "ujar Nina marah
"Kok ngelamun? Ada apa? "Sapa Komang
"Capek abis berdiri di koridor gara-gara gak bawa buku PR. "Jawab Nina
"Ciann deh!! By the way, ada motor race championship lhoe. Hadiahnya 75 juta plus sepeda motor racing seri terbaru, buat juara umum."
"Yang bener? Kapan?"
"Tanggal 22 Mei. Mau ikut?? Kalau iya, nanti aku daftarin.."
"Kok pas ultahku ya, Mang? Udah gitu tanggal 21-nya aku tanding basket. Pasti capek banget."
"Terserah sih. Tapi hadiahnya gede banget loh!!!
"Iya, aku ikut!! Aku harus menang. Lumayan buat bantu mama."
"Sebelas hari lagi lhoe, Nin!"
"Iya... Makasih ya!"


Nina bergegas pulang setelah bel pulang berbunyi. Nina cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan bersih-bersih rumahnya dan PRnya. Ia berlatih basket sampai jam 7 malam. Mama Nina marah, karena Nina pulang terlambat. Tapi Nina tidak mau jujur tentang pertandingan basket itu, Nina beralasan pulang terlambat karena mengerjakan tugas. Nina takut dilarang main basket. Karena dulu Nina pernah patah tulang kaki yang cukup parah.

Berhari-hari Nina pulang terlambat. Lama kelamaan Mama jengah juga. Beliau terlampau marah, akhirnya mendiamkan saja... Nina tak mau jujur, akhirnya mama juga tak mengerti permasalahan Nina. Sampai tiba hari pertandingan basket itu. Nina tidak bisa meminta restu mama, akhirnya ia hanya menulis sepucuk surat untuk berpamitan.

Pertandingan berlangsung sengit. Lawan tim sekolah Nina adalah juara tahun lalu, tidak mudah mengalahkannya. Menit terakhir skor masih sama 60-60. Rania menyelamatkan tim sekolah Nina dengan three poin-nya. Tim sekolah Nina menjadi juara tahun ini dan mendapat uang tunai 20 juta rupiah. Selesai pertandingan dan pengumuman pemenang, Nina langsung pulang, berharap ia bisa segera berbagi kebahagian dengan mama dan adik-adiknya. Sesampainya di rumah, Nina malah disambut guyuran air bekas cuci piring. Mama murka luar biasa. Nina dianggap menjadi nakal karena pulang terlambat terus selama beberapa hari ini. Nina beringsut masuk kamar sambil menangis tanpa berkata apa-apa. Nina sedih sekali, namun ia menerima dengan ikhlas. Nina sadar semua salahnya sendiri, andai mama tahu alasannya terlambat pasti mama tidak marah.

Hari ini, 22 Mei, ulang tahun Nina yang ke-16 sekaligus lomba motor race yang dibicarakan Komang. Nina lagi-lagi menelan kekecewaan karena mama tidak mempedulikannya... Momen ulang tahun pun terasa hampa bagi Nina. Mau tidak mau Nina harus berlapang dada, ini adalah konsekuensi dari pilihannya.

Nina stand by di sirkuit. Perlombaan dimulai. Nina mulai memacu motornya dan terus memimpin sejak lap pertama sampai mendekati garis finish. Dan bisa dipastikan Nina memasuki finish pertama Nina terlalu letih akibat pertandingan basket kemarin. Tiba-tiba motor selip dan menabrak pagar pembatas. Nina terluka parah dan dilarikan ke Rumah Sakit. Komang segera memberitahu Mama Nina. Awalnya Mama Nina menganggap Komang bercanda, karena Mama tidak pernah tahu Nina suka balapan dan Komang suka bercanda sampai kadang-kadang kelewat batas. Komang meyakinkan mati-matian sampai sumpah-sumpah segala. Beliau akhirnya percaya dan bergegas pergi ke Rumah Sakit.

Mama melihat putrinya koma tanpa bisa berkata apa-apa. Dokter sudah angkat tangan karena luka Nina sangat serius. Mama pasrah dan ikhlas bila Nina berpulang sekarang. Mama berucap dalam hati, "Tuhan, bila jalanMu ia harus pulang, ambillah ia. Bila Kau ingin ia hidup, sembuhkanlah...."

Rupanya Tuhan mendengar doa mama. Nina sadar dari koma. Nina mencari mamanya. Mama memegang tangan Nina. Nina menatap mama dalam-dalam, terucap kata maaf yang lirih sekali. Mama tak mendengarnya. Detak jantung Nina berhenti tiba-tiba. Komang panik memanggil dokter, mama hanya diam terpaku. Bukan lantaran tak sayang, melainkan terlalu sayang. Mama mengikhlaskan takdir Nina. Meskipun berat sekali, melepaskan kepergian anak yang tepat pada tanggal itu 16 tahun lalu ia lahirkan.

Dua minggu berlalu sejak tanggal 22 Mei kelabu. Mama berniat membereskan barang-barang Nina agar tak selalu terkenang. Mama menemukan surat-surat Nina. Surat terakhir berbunyi, " Mam, Maaf  belakangan ini aku pulang telat, aku latihan basket. Ada pertandingan basket tingkat provinsi. Eh ternyata menang loh..... Kemarin aku mau cerita sama mama tapi malah diguyur air kotor. Hari ini Nina lomba balapan. Aku tahu mama gak suka, tapi aku suka, Ma!! Aku bakal buktiin aku bisa berprestasi di bidangku. Nina berangkat dulu ya!! Jangan marah lagi dong,,, ini semua demi mama dan adikku tercinta. Doain menang ya... Duitnya lumayan. Bisa buat makan dan biaya sekolah Ranti dan Wulan."

Mama menangis menyesali perbuatan dan semua kesalah pahaman yang terjadi. Akhirnya Nina mendapatkan hal yang diidamkannya. Ucapan mama tercintanya, "Nina, Mama bangga sekali punya anak seperti kamu...."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar